Aktivitas memakan
diperlukan manusia untuk mendukung daya hidup kehidupannya.
Menentukan makanan apa saja yang boleh dimakan, takaran makanan dan lain halnya
adalah akibat berkembangnya pradaban manusia. Mulai dari aturan agama,
keperluan profesi dan budaya setiap komunitas atau bangsa menjadi bahasan dalam
isu mengenai pola makan manusia.
Dalam Buddhisme telah dikenal mengenai pola makan
vegetarian (memakan makanan non daging). Kemudian juga dalam Islam juga
terdapat larangan memakan daging hewan yang mempunyai gigi taring dan hewan
buas serta daging babi. Dalam Hinduisme terdapat larangan memakan daging sapi
karena sapi dianggap hewan yang suci. Kemudian juga dalam Islam juga terdapat
pengaturan pola makan dalam ibadah puasa Ramadhan dan hari raya Idul Fitri dan
Idul Adha. Ketika berpuasa Ramadhan maka tidak diperkenankan melakukan
aktivitas makan dan minum dari Imsak (menjelang Subuh) sampai Maghrib pada saat
bulan Ramadhan. Kemudian pada hari Raya Idul Fitri diwajibkan makan besar dalam
menu sarapan karena akan melakukan aktivitas shalat Idul Fitri. Lalu pada Idul
Adha tidak diperkenankan sarapan dan diperbolehkan sarapan dan makan besar
setelah shalat Idul Adha.
Kemudian akibat profesi maka dikenal beberapa pola
makan dan jenis diet. Terdapat pola makan pada pekerja kantoran dimana sarapan
(breakfast) menjadi menu makan besar,
lalu pada menu siang hari (lunch)
hanya diperkenankan memakan makanan menu kecil/menu sarapan dan pada saat makan
malam (dinner) memakai pola makan
besar. Dalam pola diet juga kemudian ada juga yang menerapkan makan malam tidak
boleh lebih dari jam 7 malam dan tidak diperkenankan untuk melakukan pola makan
menyemil (makan snack). Tentu saja
mengenai pola makan yang berhubungan dengan profesi dan diet banyak tersedia
informasi dalam bahasan majalah sampai dengan internet. Tentu saja Anda
diperkenankan boleh untuk setuju dan tidak setuju.
Pada tulisan perspektif mengenai aktivitas makan
memakan ini saya juga akan melakukan sedikit pembahasan menurut versi saya
dalam mengelola informasi aktivitas ini selama pengalaman hidup saya.
Jika Anda tidak ingin ribet dan pusing memikirkan aktivitas makan memakan, maka anjuran
menu vegetarian dapat dijadikan pilihan yang tepat. Mengurangi asupan daging
(dalam artian memperbanyak menu vegetarian dalam aktivitas memakan maupun
takaran) dan cenderung vegetarian merupakan suatu tata keteraturan yang
bersifat penting. Hal yang berasal dari Buddhisme ini masih menarik untuk
diperhatikan. Apakah total vegetarian menjadi hal yang lebih baik? Saya akan
mengatakan tidak untuk hal ini dikarenakan zaman dari Buddhisme terus
berkembang sampai saat ini, namun total vegetarian dengan memilih menu yang
tepat, pola yang tepat, cara memasak atau mengolah yang tepat dan takaran yang
tepat dapat dikatakan suatu tata keteraturan yang bersifat utama. Karena ini
berasal dari ide sekular Buddhisme, maka hal ini tidak memandang apakah Anda
berpuasa atau pun tidak berpuasa!
Dari tulisan di atas, jika ingin berpikir sekular
mengesampingkan ibadah puasa, maka apakah pola makan itu harus diatur? Ya,
tentu saja. Mengatur pola makan adalah bagian dari tata keteraturan/reliji yang
bersifat sekularistik. Anda bisa menerapkan pola makan pagi hari dengan sarapan
menu snack sekitar 20-40 gram.
Kemudian siang hari masuk ke menu makan besar/berat dengan mengurangi konsumsi
daging atau menu vegetarian total. Makan siang ini dapat dilakukan sekitar di
atas jam 12 siang. Lalu kemudian makan malam dengan pola yang sama seperti
makan siang yaitu dengan mengurangi konsumsi daging atau menu vegetarian total.
Makan malam ini dapat dimulai pada jam 7 malam keatas. Kemudian bisa ditutup
dengan cemilan/makan kecil/snack
seberat 20-40 gram. Jika ada pola makan diet yang tidak memperkenankan Anda
untuk makan di atas jam 7 malam sebaiknya hindari pola diet tersebut, mengingat
suatu aktivitas puasa dilakukan pada siang hari. Kemudian Jika ada hal-hal yang
mengharuskan Anda memilih untuk tidak makan pada siang hari atau malam hari?
Sebaiknya Anda memilih untuk tidak makan di siang hari!
Bekasi,
21 Juni 2020 Masehi.
Teguh
Triatmoko.
Siklus
Bulan:
29 Sawal 1953 Jawa.
29 Syawal 1441 Hijriah.
0% Bulan Baru.
Komentar