Terdapat suatu buku hasil curian Anthology Empathy Yogya: Sebuah
Kumpulan Puisi berada di tanganku. Isi bukunya adalah berbagai sudut pandang mengenai
gempa di Yogya pada tahun 2006 yang dituangkan ke dalam bahasa puisi oleh
sekelompok atau beberapa atau pelbagai penulis.
Saya kembali
berpikir mengenai tanda dan petanda. Mengapa manusia menamakan gempa menjadi
suatu bencana? Bukankah gempa hanya merupakan suatu getaran permukaan bumi
sehingga dapat mengakibatkan kerusakan atau kehancuran bangunan-bangunan pada
radius getaran. Hal ini dapat merupakan dikatakan bencana atau musibah bagi
yang mengalami kerugian, atau gempa dapat dikatakan petanda lain selain
musibah?
Saya merenung dan
berpikir, petanda apakah ini? Bisa jadi ini tanda terdapat sebuah bintang.
Bintang itu penunjuk arah atau bisa dikatakan berkaitan dengan kepemimpinan.
Gempa itu suatu
getaran, bukan ledakan. Seperti bintang-bintang televisi yang terkadang membuat
getaran di hati. Walau pun secara teoritis bintang tercipta
dari sebuah ledakan. Dan tulisan ini juga tidak terkait dengan bintang
televisi.
Dan kemudian
terbayang kembali mengenai berita gempa di televisi mengenai gempa yang terjadi
di Turki awal tahun ini.
Bekasi, 25
Juni 2020 Masehi.
Teguh Triatmoko.
Siklus Bulan:
4 Dulkaidah 1953 Jawa.
4 Zulqaidah 1441 Hijriah.
17%
Pasang Naik.
Komentar