TUJUAN


Dahulu, pembunuhan itu begitu ditolak!
Bahkan untuk membunuh diri sendiri!

Akhirnya, timbul suatu zaman yang penuh kepalsuan.
Mereka menutupi Satu Titik dengan topeng-topeng baru.
Penolakan terhadap manusia lainnya menjadi dalil pembunuhan.
Hingga, hingga pada dini hari sang pembunuh membangun penjara.
Dengan berlindung di balik jubah sang hakim meluncur membunuh manusia-manusia di dalam penjaranya.

Mereka memilih kita satu per satu.
Tanpa ada pilihan lain.
Kita akan terus dipancung dengan konstitusi berwajah tanpa dosa.
Dengan dalil ciptaan unggulan.
Dengan moralitas mutlak!

Beberapa bertahan karena diharuskan membunuh kawan.
Beberapa bertahan karena diberi makan.
Namun akhirnya mereka akan tetap dipancung seperti ayam dengan daging yang gemuk dan darah yang segar.
Beberapa putus asa dalam kesunyian.
Akhirnya ia membunuh dirinya dengan keplasuan dunianya.

Kemudian...

Beberapa terus bergairah untuk terus hidup.
Menghancurkan dinding penjara yang mengekang.
Karena mereka melihat ada dunia baru di sana.
Mereka terus berharap untuk keluar dari penjara.
Untuk mengakhiri lingkaran setan pembunuhan.
Untuk sebuah pembebasan umat manusia.
Dengan tetap mengekang pada harapan di luar sana.

Revolusi hanya menjadi bom bunuh diri.
Karena nyawa melayang.
Bukan sebongkah tembok penjara yang hancur berantakan.
Di sini kita terus berontak tanpa rencana pikiran.
Hanya keyakinan runtuhnya penjara kehidupan.
Dengan gairah spontan tanpa aturan dalam tindakan.

Karena di luar sana ada kehidupan tanpa pembunuhan.
Karena di luar sana ada setitik Cahaya Kehidupan.
Bukan berhala-berhala pembunuh yang selalu menyatakan dirinya tuhan-tuhan.



Jakarta Barat, 27 Januari 2009 Masehi.
Teguh Triatmoko.

Siklus Bulan:
30 Suro 1942 Jawa.
30 Muharram 1430 Hijriah.
1% Pasang Naik.




Komentar

P.O.P 7

KISAH SKIZOFRENIA NO. 108

KISAH SKIZOFRENIA NO. 109

KISAH SKIZOFRENIA NO. 107

KISAH SKIZOFRENIA NO. 110

KISAH SKIZOFRENIA NO. 106

KISAH SKIZOFRENIA NO. 95

Tayangan Populer

KABAR CERITERA

HERBA

BISIK

PENGORBANAN

ISI

DIALOG ZAMAN

RUMPUT LIAR PENJAGA SANG MAWAR

SURAT UNTUK BUNDA